Nama tempat wisata – Budaya merupakan salah satu cara hidup ataupun kebiasaan yang berkembang di antara sekelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi oleh para leluhur. Apabila budaya dilestarikan dengan baik sampai saat ini, tentunya hal tersebut dapat menjadi sebuah budaya unik yang berbeda dan tentunya sangat menarik untuk dilihat. Berbicara mengenai budaya unik memang banyak ditemukan di wilayah Indonesia, terutama di Bali. Peninggalan atau warisan budaya masa lampau tersebut saat ini sudah menjadi salah satu hal yang sangat menarik untuk dinikmati, baik untuk para wisatawan lokal maupun mancanegara. Bahkan sejumlah budaya unik yang ada di Bali juga menjadi suguhan atraksi yang disuguhkan kepada para wisatawan yang berlibur ke Bali. Pada dasarnya, budaya unik yang masih berkembang dan dilestarikan hingga kini tersebut, memang sangat berkaitan dengan keyakinan masyarakat setempat akan prosesi atau ritual yang terbungkus ke dalam sebuah tradisi masyarakatnya.
Keyakinan mengenai tradisi yang dilakukan oleh warga di suatu tempat memang didasarkan dari keyakinan warga setempat, seperti keyakinan akan terjadi bencana ataupun musibah jika sebuah ritual tidak dilakukan, atau karena berkaitan dengan keyakinan beragama untuk penghormatan pada leluhur ataupun kepada tuhan (sang pencipta). Umumnya budaya atau tradisi unik yang digelar pada sejumlah tempat di Bali menjadi sebuah hal yang sangat istimewa untuk dilihat dan dinikmati oleh para wisatawan yang berlibur ke Bali. Sebab pengalaman istimewa tersebut tidak bisa Anda temukan di daerah lainnya. Oleh sebab itu, jangan heran jika pulau Dewata ini selalu ramai akan wisatawan lokal maupun asing. Nah, bagi Anda yang ingin mengetahui budaya unik di Bali, maka dibawah ini akan paparkan mengenai nama tempat wisata terkenal di bali yang berkaitan dengan budaya-budaya unik yang hanya ada di Bali.
- Gebug Ende Seraya
Gebug Ende Seraya merupakan sebuah atraksi yang lebih dikenal dengan perang rotan. Atraksi perang rotan ini dilakukan oleh dua orang laki-laki yang saling berhadapan dan saling serang menyerang dengan menggunakan sebatang rotan. Rotan tersebut memiliki panjang mencapai 1.5 hingga 2 meter. Kemudian salah satu tangan peserta atraksi akan memegang tameng guna bisa menangkis serangan dari lawannya. Selain itu, diantara kedua peserta atraksi tersebut juga akan dibatasi dengan sebuah batang rotan sebagai garis tengahnya, agar para petarung tersebut tidak masuk ke wilayah lawannya.
Pada dasarnya, peserta yang mengikuti ritual Gebug Ende ini tidak hanya membutuhkan ketangkasan, namun juga keberanian sebab para peserta atraksi bisa saja terkena pukulan rotan dari para lawannya. Pergelaran ritual Gebug Ende akan menjadi lebih baik jika saat pertandingan salah satu pesertanya terluka dan mengeluarkan darah. Karena jika pesertanya terluka dipercaya dapat mendatangkan hujan lebih cepat. Selain itu, selama prosesi Gebug Ende dilaksanakan juga akan diiringi dengan suara gamelan yang membuat ketegangan menjadi lebih bertambah dan para petarung pun juga akan semakin memacu adrenaline. Pertarungan rotan ini biasanya berlangsung selama 10 menit yang dipimpin oleh Saye (wasit). Jika Anda ingin melihat tradisi unik di Bali ini, maka Anda bisa langsung berkunjung ke desa Seraya.
Prosesi Gebud Ende memiliki tujuan utama yaitu sebagai ritual memanggil hujan dan biasanya dilakukan di musim kemarau, yakni setiap tahun atau lebih tepatnya pada bulan Oktober hingga November. Perlu diketahui, karena kondisi geografis dari desa Seraya berada di wilayah perbukitan yang memang rentan dengan masalah kekurangan air, oleh sebab itulah tradisi atau ritual memanggil hujan ini dilangsungkan di desa Seraya. Umumnya dalam tradisi Gebug Ende memang terdapat dua peserta yang saling menyerang dengan menggunakan sebatang rotang, meskipun begitu para wasit yang memimpin perjalanan pertandingan ini tidak akan pernah mengumumkan siapa yang menjadi pemenangnya di akhir acara.
- Tradisi Ngerebong
Ngerebong berasal dari dua suku kata yaitu ngereh dan bong yang digabungkan menjadi satu kata dengan makna akasa pertiwi ataupun atas bawah. Selain itu, ada juga yang mengartikan Ngerebong sebagai berkumpul. Pada dasarnya tradisi Ngerebong bertujuan agar manusia bisa selalu menjaga keharmonisan hubungannya dengan tuhan, sesamanya serta alam. Tradisi Ngerebong ini dilakukan oleh para umat Hindu di Pura Pangrebongan. Nah, bagi para wisatawan yang ingin menonton ritual Ngerebong harus menggunakan pakaian adat Bali. Selain bagi para wanita juga harus dalam keadaan suci atau tidak sedang menstruasi.
Tradisi Ngerebong dimulai dengan tabuhan musik tradisional, persembahan bunga dan penjor-penjor. Setelahnya para pelaku tradisi atau ritual tersebut akan melaksanakan sembahyang di pura, sementara para polisi adat akan bertugas mengamankan jalan agar para Bhatara dan mangku bisa keluar dari pura tersebut. Selanjutnya para pelaku ritual ini akan mengelilingi wantilan atau tempat adu ayam sebanyak tiga kali. Nah, saat prosesi mengelilingi wantilan ini dilakukan maka beberapa Mangku dan Bhatara akan mengalami kerauhan (trance) makhluk halus, berteriak, menggeram, menangis dan menari seiring alunan musik. Selain itu, saat prosesi ritual ini berlangsung juga terdapat hal yang sangat mengerikan yakni ketika salah satu pelaku ritual Ngerebong menebaskan pedang ke tubuhnya. Meskipun begitu, para pelaku ritual tidak akan terluka ataupun berdarah, karena mereka yang kerauhan sudah kebal dan tidak bisa terlukai. Tradisi unik ini hanya bisa Anda temukan di Bali dan biasanya digelar setiap 6 bulan sekali yakni pada hari minggu, Pon Wuku Medangsia atau 8 hari setelah Hari Raya Kuningan (menurut kalender Bali).
- Tradisi Mebuug-Buugan Di Kedongan
Mebuug-Buugan Di Kedongan merupakan sebuah tradisi unik yang hanya ada di Bali yang biasanya digelar setahun sekali atau lebih tepatnya di pada hari Ngembak Geni (sehari setelah perayaan hari raya Nyepi). Tradisi Mebuug-Buungan memang sempat vakum lama, meskipun begitu beberapa tahun terakhir tradisi ini kembali digelar. Sebenarnya tradisi Mebuug-Buugan ini adalah sebuah warisan budaya leluhur yang digelar pada kawasan rawa-rawa hutan Mangrove desa Kedonganan, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung, Bali.
Pada saat prosesi Mebuug-Buungan berlangsung, para peserta akan melumuri tubuhnya dengan lumpur. Oleh sebab itu, jangan heran jika tradisi ini digelar pada rawa-rawa yang penuh dengan lumpur di desa tersebut. Nah, bagi para peserta yang sudah puas mandi dengan lumpur, maka mereka bisa langsung pergi ke pantai Kedongan untuk membersihkan diri. Tradisi Mebuug-Buugan ini digelar sebagai bentuk simbolik membersihkan diri ataupun badan dari berbagai pengaruh negatif yang nantinya setelah badan dipenuhi lumpur akan dibersihkan pada pantai. Tradisi Mebuug-Buugan ini tidak hanya bisa dilakukan oleh masyarakat setempat saja, namun para wisatawan yang sedang berlibur ke Bali atau lebih tepatnya di Kedongan juga bisa mengikuti ritual Mebuug-buugan.
- Tradisi Siat Sampian Di Bedudu
Siat Sampian merupakan salah satu tradisi unik Bali yang digelar di Pura Samuan Tiga Bedudu. Pura ini sangat terkenal sebagai tonggak sejarah serta sebagai sebuah tempat pertemuan untuk menyatukan sekte-sekte yang ada di Bali. Oleh sebab itu jangan heran jika istilah Pura Kahyangan Tiga muncul di setiap desa Pekraman. Perlu Anda diketahui kata Siat mengandung makna perang, sementara Sampian berarti sebuah rangkaian janus sebagai sarana persembahyangan. Maka dari itu, dalam pergelaran tradisi Siat Sampian ini menggunakan sarana sampian untuk berperang. Tradisi Siat Sampian dilaksanakan oleh kalangan warga laki-laki maupun perempuan melalui proses pawintenan.
Tradisi Siat Sampian ini digelar dalam rangkaian pujawali yang bertempat di Pura Samuan Tiga, dimana rangkaian ini dilakukan oleh para peserta (pengayah) laki-laki yang juga disebut sebagai Jro Parekan dan juga peserta perempuan yang disebut sebagai Jro Permas. Pada dasarnya, tradisi Siat Sampian tidak hanya bertujuan sebagai simbol penghormatan bersatunya sekte-sekte yang ada di Bali, namun juga sampian yang digunakan tersebut menjadi simbol dari senjata cakra Dewa Wisnu, yang artinya sebagai perlawanan kebajikan (dharma) atas kejahatan (adharma).
- Tradisi Ngusaba Bukakak Di Sangsit
Ngusaba Bukakak merupakan salah satu tradisi unik di Bali yang hanya bisa ditemui di Desa Sangsit, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng. Lebih tepatnya tradisi Ngusaba Bukakak ini digelar pada hari Purnama Sasih Kedasa sekitar 2 minggu setelah hari Raya Nyepi di bulan April. Untuk menggelar tradisi Ngusaba Bukakak ini dibutuhkan biaya yang tergolong besar. Oleh sebab itu, karena pertimbangan biaya yang harus dikeluarkan untuk pergelaran tradisi ini, maka tidak mengherankan jika akhirnya tradisi Ngusaba Bukakak digelar setiap dua tahun sekali. Pada dasarnya, pergelaran ritual ini sengaja dilakukan untuk mengucapkan rasa terima kasih umat kepada para dewi Kesuburan atas segala hasil pertanian yang melimpah serta tanahnya yang sangat subur.
Desa Sangsit memang terkenal karena memiliki wilayah pertanian yang sangat luas dan juga tanah yang subur serta gembur. Perlu Anda ketahui, Bukakak berasal dari kata Bu yang berarti Lembu yang melambangkan dewa Siwa serta kata Kakak yang berarti gagak yang melambangkan dewa Wisnu. Nah, Bukakak ini sendiri berkaitan dengan babi guling yang dimasak dengan cara mematangkan bagian dadanya saja. Tradisi Ngusaba Bukakak diawali dengan upacara Melasti, dan dilanjutkan dengan membuat 3 buah dangsil pada acara puncak yang mengusung Bukakak untuk mengelilingi area persawahan.
Demikianlah beberapa warisan budaya leluhur yang berupa ritual ataupun tradisi unik yang masih terjaga dan dilestarikan di Bali hingga saat ini. Berbagai tradisi atau ritual tersebut juga menjadi aset dari budaya bumi Nusantara Indonesia. Perlu Anda ketahui, selain beberapa tradisi budaya yang disebutkan diatas, juga masih terdapat sejumlah tradisi budaya unik lainnya yang ada di Bali, seperti tradisi Ngedeblag Kemenuh, tradisi Megebeg-Gebegan, tradisi Siat Yeh Jimbaran, tradisi Dewa Masraman di Klungkung dan lainnya. Bahkan beberapa tradisi budaya tersebut juga menjadi suguhan dan atraksi unik bagi para wisatawan lokal maupun mancanegara. Oleh sebab itu, tidak mengherankan jika tradisi-tradisi yang masih mengusung adat kebiasaan masa lampau ini dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang ingin berlibur ke Bali. Nah, ada banyak hal yang bisa kita lakukan di Bali bukan? jangan lupa untuk mencoba live aboard ya! Semoga apa yang sudah dibahas di atas dapat berguna dan menjadi referensi bacaan tambahan bagi Anda semua yang sedang mencari nama tempat wisata atau menelisik budaya unik yang hanya ada di Bali.Slot
Referensi :
https://en.wikipedia.org/wiki/Ngerebong
https://id.wikipedia.org/wiki/Sangsit,_Sawan,_Buleleng
Kesimpulan :
Apa saja Budaya Unik yang hanya ada di Bali.
1. Gebug Ende Seraya
2. Tradisi Ngerebong
3. Tradisi Mebuug-Buugan Di Kedongan
4. Tradisi Siat Sampian Di Bedudu
5. Tradisi Ngusaba Bukakak Di Sangsit
Apa itu Budaya ?
Budaya merupakan salah satu cara hidup ataupun kebiasaan yang berkembang di antara sekelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi oleh para leluhur.
Apa tujuan Prosesi Gebug Ende
Prosesi Gebug Ende memiliki tujuan utama yaitu sebagai ritual memanggil hujan dan biasanya dilakukan di musim kemarau, yakni setiap tahun atau lebih tepatnya pada bulan Oktober hingga November. Perlu diketahui, karena kondisi geografis dari desa Seraya berada di wilayah perbukitan yang memang rentan dengan masalah kekurangan air, oleh sebab itulah tradisi atau ritual memanggil hujan ini dilangsungkan di desa Seraya.
Tempat Game Online | Tempat Game online terbaik | Permainan Teka teki Silang | Permain esport| Download aplikasi games| Aplikasi game football | Aplikasi MPL| Aplikasi game chess online | Aplikasi Game panahan | Aplikasi Game bubble shooter |Aplikasi Game pool | Aplikasi Game sepak bola | Game Fantasy MPL